Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Februari 2015

Merebahlah dalam puisiku. Di sana kau akan ditemani kata-kata, yang kurangkai dari patah hatiku; karena mencintaimu.

Senin, 08 Desember 2014

Kau sambutlah tanganku
ikutlah rentak ini
tak perlu malu
kau dan aku sama
jalinkan hubungan yg mesra
aku di sini untuk bersamamu

biarkan mentari bahagia
bersinar kekal selamanya

iramaku untukmu
bak dicengkam kerinduan tak bertepi
biarlah serpihan rembulan ini berguguran di ribaanku
agar terang kelam malam,
yg baru saja kita lalui tadi
Detik yg tak pernah dirancangkan
bagaikan di alam mimpi
diterangi cahaya rindu

inikah tandanya
kumencinta

apakah kau juga merasakan?
kan kubelai cintamu

agar kita kekal ke akhirnya
Di sini kasih pernah berbunga
di sini cinta pernah membara
tiada harum tiada warna,
tanpa bahang dan apinya

aku tidak menjanjikan mahligai impian
di sini aku tiada terdaya
biarlah jauh dari pandangan
daripada dekat penuh siksa
Sisakan garam,
angin basah dan debur ombak dari bahagiamu, Cintaku
hatiku hanya laut yg tak mampu bersedih tanpamu.

Di antara gerimis dan tangis
aku pun mesti pergi
menyelinap disela hujan
menjelma tanah basah,

dan mengering pelan-pelan.
Aku hanya ingin




YANG PADA AKHIRNYA KAMU
Duhai maut,
di antara zuhrah bermarwah dan cuaca yg senantiasa berubah,
cintailah yg membuat kita ada,
dan tiada
Aku bumi,
terlentang,
menunggumu menghujaniku

kuikat kau dengan nadiku
aku berdiang di tubuhmu

aku ingin menulis,
di atas sungai yg meluap dari nadiku,
perihal merindukan

rindu ini akan menjelma kerinduan yg cantik
puisi-puisi tak selesai
bait-bait tak terungkap rahasianya
Mendung tak cukup lagi menggambarkan kesedihanmu
seperti pasir yg kau lempar ke danau, begitulah kesedihan dijatuhkan

tetapi,
akan kembali tenang setelah sampai dasar

kupetik mendung dilangit,
mengikat hujan ditubuhnya,
agar tak tumpah,
biar tak menjadi bah pada mata

Kamis, 27 November 2014


Pergilah

pergi dengan senyumanmu

aku benci.

rasa ini

hanya kau campakan saja

sendiri di Pelabuhan

menunggu

memohon

meronta ingin kembali padamu


Agung Pratama Setiawan

Jatinangor, 27 November 2014
Sutra itu membalut tubuhnya

menutupi setiap lerai rambutnya

Sungguh cantik
nan menarik
Siapa dia, Tuhan?

malaikat,

atau bidadari kah?

aku pun

jatuh cinta padanya


Agung Pratama Setiawan

Jatinangor, 27 November 2014

Bak kicau burung dipagi hari
kau bernyanyi
melantunkan deretan simfoni indah
merangkai kata demi kata
menjadi kalimat nan indah

wahai kicau burung
bernyanyilah untukku
untuk mengisi pelantaran kosong
dihati nan suci ini


Agung Pratama Setiawan

Jatinangor, 27 November 2014

Suatu sejuk menyusup hati

meronta hingga ke dalam dada

raga dalam diam terpaku dikesunyian

pertanda apakah ini?

sebuah rasa?

ataukah cinta?

entahlah...


Agung Pratama Setiawan

Jatinangor, 27 November 2014

Dermaga menunggu
datang dan pergi

Dia bertahan
bertahan digerus ombak
meronta di balik kedinginan

Salah
kau salah

Hanya mereka lah yg bisa setia

Bak bulan dan bumi
seperti bumi dan langit
langit dan Kuasa-Nya


Agung Pratama Setiawan

Jatinangor, 27 November 2014
Kamu sakit?
Tidak

Kamu sudah minum obat?
Sudah

Kutunggu kau di Nirwana


Agung Pratama Setiawan

Jatinangor, 27 November 2014

Selasa, 25 November 2014

Benarkah keriangan terbias hilang
adakah kau sama rasakan peritnya

Langit yg berbintang sendiri aku pandangi
terus diracau dirasuki rindu dia
ayam berkokok baru nak mengantuk

Andainya warkahku mengganggumu
maafkan aku
Syahdu malam berlagu sepi
mengiring lawan dalam taman hati

Cahayamu amat ku kagumi
menyinari malam yg kian menyepi

Bagai taman rindukan kembang
kurindu padamu sayang

Senin, 24 November 2014

Semaikanlah kasih sayangmu
semaikanlah cintamu itu

dengan benih kejujuran
dikala terluka

bak kahraman hidupku
beribu datang merayu
engkaulah yg satu sayangku
Design by @agungprasetian