Kekasihku, cahaya matamu seperti bulan redup
disungkup kabut. Ringkik kuda melepas isyarat
ke hening batu nisan. Aku di sisimu, dengan airmata
sedingin sisa embun di tangkai daun. Kekasihku,
apa yang kau cemaskan, saat tanganmu begitu lemah
menggenggam tanganku? Maut yang kelak datang
dari arah kaca jendela, atau anak-anak
yang bakal terlantar tanpa kasih-sayangmu?
Tidak, tidak ada yang perlu kau cemaskan
dengan semua itu. Sebab aku di sisimu
dengan segenap rindu, dengan nyala cinta
semurni kilau bintang pagi dalam ruang dan waktu
seligar cempaka. Kekasihku, jika maut
menyebut namamu, biarlah namaku lebih dulu
yang ditulisnya di tujuh lembar kain kafanmu.
Kain kafanmu
0 komentar:
Posting Komentar