1. Alur
Cerpen Robohnya Surau Kami menggunakan alur mundur. Cerita ini diawali tentang deskripsi surau di suatu kampung. Kemudian dilanjutkan tentang Kakek si penjaga surau (garin).
“Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.”
Pada bagian awal, dituliskan bahwa Kakek telah meninggal dunia, lalu dikisahkan kembali sebab-sebab Kakek meninggal dunia. Dari pengisahan kembali ini dapat diambil kesimpulan bahwa cerpen Robohnya Surau Kami menggunakan alur mundur (sorot balik).
“Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya…”
“…Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya.”
Kalimat “Begilah kisahnya” semakin meyakinkan pembaca bahwa cerpen Robohnya Surau Kami menggunakan alur mundur.
2. Tema Cerpen ini menggunakan tema sosial religi. Dibuktikan dengan tokoh Kakek yang taat pada agama namun tidak peka dengan keadaan sosial. Kakek terlalu sibuk berurusan dengan Tuhan, namun lupa bahwa dia hidup di lingkungan. Pengarang melalui Ajo Sidi yang mengisahkan Haji Saleh menyindir Sang Kakek. Hingga Kakek mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena merasa tersindir.
2. Tema Cerpen ini menggunakan tema sosial religi. Dibuktikan dengan tokoh Kakek yang taat pada agama namun tidak peka dengan keadaan sosial. Kakek terlalu sibuk berurusan dengan Tuhan, namun lupa bahwa dia hidup di lingkungan. Pengarang melalui Ajo Sidi yang mengisahkan Haji Saleh menyindir Sang Kakek. Hingga Kakek mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena merasa tersindir.
0 komentar:
Posting Komentar